Mempelai ke-31 - 1

Settings:
31st Consort - 1

~*"semacam teaser dulu"*~
TL: Aku
ED: Aku juga
Src: Novelupdates, Eunie, Foxaholic




Chapter 1

"Selamat, Feria. Kamu terpilih jadi calon mempelai Raja!"

Suara gedoran menggema ke penjuru rumah. Suara itu sangat keras sampai-sampai Feria yang sedang mungupas kentang di dapur bisa mendengarnya. Feria harus berhenti memasukkan air ke panci dan bergegas ke pintu depan.

"Nii-san, kamu mabuk lagi ya?"

*byur*

Air mengguyur laki-laki yang tampaknya kakak Feria. Air menetes dari tubuhnya dan membasahi lantai.

"Hentiin itu, Nii-san!"

Beberapa cipratan masuk celemek Feria, jadi dia harus melepasnya dan menyeka tetesannya.

"Aku nggak mabuk, tahu. Kamu bakal jadi permaisuri Raja di masa depan."

"Ya, ya, aku paham. Pertama-tama, minum teh hangat ini buat jernihin pikiranmu. Kakak bener-bener sakit."

Feria kembali ke dapur untuk menyiapkan teh. Seolah ingin mengikutinya, kakak tertua mereka Riccarro juga datang.

"Dan sekarang, Feria, kamu jadi mempelai Raja!"

Feria tidak bisa tidak mengerutkan alisnya. Memang benar dia tidak sering mabuk, tetapi hanya kadang-kadang.

"Riccarro onii-sama, mempelai Raja itu bisa seorang wanita bangsawan atau seorang tuan putri dari negara lain. Bukan orang kayak aku yang cuma gadis desa, bertani dan nggak peduli sama penampilannya. "

Feria terus mengupas kentang. Malam ini, hidangannya adalah sup kentang. Ini sedang musimnya sehingga banyak kentang bisa direbus dan disajikan.

Kalodiaro adalah tanah terpencil yang subur di Kerajaan Danan. Di puncak curam itu adalah sebidang kecil tanah yang dikelilingi oleh sungai. Beberapa orang mungkin mengatakan kalau itu adalah pulau terpencil.

Kakak laki-laki Feria, Riccarro, adalah tuan tanah saat ini. Mereka baru saja mengambil posisi itu segera setelah orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan 3 tahun yang lalu.

"Hoaaaaammmppppp~ Ricarro onii-san ... suaramu keras banget."

Seorang laki-laki jangkung muncul di dapur. Dia menenggelamkan kepalanya ke dalam bak air dan mengangkat kepalanya setelah itu. Air itu disiram ke mana-mana, membanjiri.

"Hentikan itu, Garon nii-san!"

Feria hanya bisa berteriak lagi. Celemeknya yang lain basah lagi. Garon biasanya tidur di siang hari. Tapi dia terbangun oleh keributan yang keras.

"Riccarro ani-san, apa yang terjadi?"

Garon bertanya pada Riccarro mengabaikan Feria.

"Ah, tuan tanah di sebelah minta aku buat datang sama Feria buat jadi mempelai ke-31."

*Bbbrrrrrrrrr*

Tiba-tiba Feria dan Garon menyemburkan teh mereka ke wajah Riccarro.

"Apa-apaan itu? Aku belum pernah denger itu, tahu?!"

"Beneran?!"

Garon jatuh dari kursinya dan menatap ke langit-langit. Sedang Feria membuka matanya dengan kaget.

"Ah, lihat ... Itu beneran sulit buat mutusin siapa yang bakal jadi mempelai ke-31, kan? Mempelai ke-31 itu urutan terakhir terus para bangsawan nggak punya putri lajang sampai ke kasta bawah, baron. Bahkan kalo mereka punya satu, mereka nggak bakal rela. Nggak ada satupun yang berani manggil tuan tanah biasa, sipir lokal, pedagang dan sebagainya. Jadi kami ngobrolin itu sebagai pertemuan terakhir kami. "

Semuanya terdiam. Memang benar kalau Feria sudah berusia lebih dari 20 tahun dan sudah agak terlambat untuk menikah. Tetapi untuk menikah dengan Raja? Feria tidak bisa tidak membanting kepalanya ke meja.

"Yah, cuma buat satu tahun. Tapi itu menyenangkan."

Riccarro mulai menjadi energik.

"Ya, yah, itu benar. Raja cuma perlu berurusan sama calon mempelai selama setahun. Dia bisa lakuin tanpa mempelai selama setahun. Sebagai calon mempelai aku cuma ngelakuin tiap tiga bulan."

Garon duduk dengan benar di kursinya dan membelai kepala Feria. Dia menguap lagi.

"Kamu emang pernah bilang sebelumnya kalo kamu pengen seorang pangeran buat jemput kamu dan jadi tuan putri kan?"

Dan kemudian, Riccarro tersenyum cemerlang.

"Kapan aku bilang hal kayak gitu?!"

Feria berdiri dan menunjuk Riccarro yang tenang. Dia tidak bisa tidak terkejut dan marah padanya yang, entah dari mana, menyebutkan sesuatu dari masa kecilnya.

"Semua cowok di kota ini sudah menolak. Kalo kamu pergi ke istana, mungkin aja bakal ada seseorang yang nunggu kamu di sana."

Ketika Riccarro mengatakan itu, kepala Feria tidak bisa lagi untuk tidak meledak.

"Wanita liar kaya aku nggak mungkin bisa jadi mempelai Raja kan?"

Feria meraih telinga Riccarro dan berteriak di dekatnya.

Dan begitulah bagaimana Feria menjadi mempelai ke-31.


~ "(This is a Translation Content of pemudatunawisata.my.id)" ~
[End of Chapter]


tolong kasih pendapat, kritik, sarannya ya temen-temen buat TL bahasa indo ini di komentar.

If you'd like to and wouldn't mind,
you could support or traktir me on:

Post a Comment

0 Comments

At a certain time, there are creatures that walk by two feet. These creatures can be divided into two by gender. These creatures are surprisingly able to pick something using things called hands.
And on a certain day, two of these creatures meet.

"Halloo~ I am Bujangga, ndesu! Nice to meet you!"
"Y, yes. Nice to meet you too, I am Fuurawan."
"Fuurawan-chan ka? Ii no namae."
"S, sangkyu."

The two greet each other due of their faces are facing each other.
They speak, breathe, blink, sweat, and so.
And after a long time passes,

 "!?"
"Kyaa~ Bujang-kyun."
"Daijoubu ka? Fuurawan-chan."
"D, daijoubu... desu."
"Mmm."
"Doushita no?"
"Fuurawan-chan no kaori, suuuuggoku WANGY, hmmmmmppppsshhh ahhhh wangyyyy."
"Mou~ Bujang-kyun no eccchi~."

On a certain day, these two meet and have lunch because they are hungry.
The boy orders fried rice while the girl orders a serve of seasoned rice being processed by frying.
For the drinks, the boy orders hot chocolate while the girl orders a cup of chocolate that has not been cold yet.
They eat their food.
They also feed some spoons with each other.
They then having a leisure exchange.

"Ikeh, yaru?"
"Damee~"
"Ikeh!"
"..."
"Ikeh, tanoshii, kimochii, ore, ganbarimasu!!!"
"Mouu~"
"Dame ka?"
"..."
"Dame nanoka."
"Ee, haayaakuuu~"

The two of them are having exercise, training, and workout, then.
When they finished, then they restarted.
And when they finished, the boy pleaded for the second.
Then when they finished, this time in the girl who asked the third.
And when they finished, the boy once again pleaded for the fourth.
Then when they finished, the girl also once again asked for the fifth.
And so on.

◆◆◆

On the other occasion,
On a day that is not a night.
That day the sun is shining brightly because it's a day and 12:00 o'clock.
The day is bright and the sun has not been set yet.
The breeze can be felt due to the air is flowing.
As he is breathing, a certain boy is approaching a girl.

"Yaa, kitten-chan, can I have your namae?"
"S, su, suteki~. Ah, hai. Fuurawan desu."
"Fuurawan-chan, huh. What a kirei no namae. By the way, watashi no namae is Badz Zheengan. Watashi wa Son of a Beach. Watashi came from The Pangea Selatan. Diligent in setsuyaku. Ketsueki type is I, I for Ikkehmen. Watashi no hobby wa breathing. Yoroshiku."
"Yoroshiku, Badz Zheengan-san."
"Fuurawan-chan, watashi no yubi to kimi no chawan, let's have made karera meet and unite."
"Hai."
"Watashi-tachi will have much tanoshi."

They have a wik wok awok koakoawaok akoawoakakwa kawkaowaoaok.
When they have done of their a wik wok awok koakoawaok akoawoakakwa kawkaowaoaok, then they re-doing again.
When they finished again, the boy pleaded for the second.
Then when they finished, this time in the girl who asked the third.
And when they finished, the boy once again pleaded for the fourth.
Then when they finished, the girl also once again asked for the fifth.
And so on.

◆◆◆

"Fuurawan-chaaannn!!! Ikanaide!!!!."
"Gomen ne, Bujang-kun."
"Dameee, Fuurawan-chaannnn!!!"
"Sayonara, Bujang-kun."